Translate

Iman Kepada Rencana Dan Tujuan Allah

Iman kepada rencana dan tujuan Allah ~ Allah memiliki rencana yang indah dan sempurna bagi hidup kita. Terkait dengan hal itu, nabi Yeremia menegaskan bahwa: “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” – Yeremia 29:11. Selain itu, Allah juga memiliki tujuan tertinggi bagi hidup kita. Terkait dengan hal itu, penulis Injil Yohanes menulis: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu” – Yohanes 15:16.

Guna bisa mengalami rencana dan tujuan Allah seperti yang dijelaskan dalam bagian-bagian firman Tuhan yang saya kutip di atas, dibutuhkan adanya iman. Dan iman itu diarahkan kepada rencana dan tujuan Allah bagi hidup kita. Namun, perlu dipahami bahwa supaya rencana dan tujuan Allah bagi hidup kita dapat terealisasi dengan baik, tentu bukanlah persoalan yang mudah. Pasti adan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan di dalam kehidupan kita.  Itulah sebabnya harus ada iman sebagai daya dukung dan daya dorong yang kuat bagi kita agar dapat mengalami rencana Allah dalam hidup kita dan dapat melaksanakan tujuan Allah di dalam totalitas hidup kita.


Pertanyaan penting yang harus diajukan ialah: “Bagaimana ciri dari iman kepada rencana dan tujuan Allah dalam hidup kita?” Berdasarkan firman Tuhan yang terdapat dalam kitab Daniel 3:1-30, maka ada beberapa kebenaran penting terkait dengan iman kepada rencana dan tujuan Allah, yaitu:

1. Iman yang teguh sekalipun di tengah kesulitan.
Iman yang mengarah kepada pemenuhan rencana dan tujuan Allah atas kehidupan kita haruslah dinamis yang terus bergerak maju sekalipun diperhadapan pada kesulitan. Iman yang tetap konstan, apapun kondisinya: baik di saat suka maupun di saat duka. Tidak goyah sedikitpun walaupun pilihannya sangat sulit: menyangkali Allah (menyembah patung emas) atau kehilangan nyawa (dilemparkan dalam perapian yang menyala-nyala) – Daniel 3:19-23. Iman itu juga tetap bertahan walaupun ada tuduhan berat – Daniel 3:8, 12: “Pada waktu itu juga tampillah beberapa orang Kasdim menuduh orang Yahudi … Ada beberapa orang Yahudi, yang kepada mereka telah tuanku berikan pemerintahan atas wilayah Babel, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, orang-orang ini tidak mengindahkan titah tuanku, ya raja: mereka tidak memuja dewa tuanku dan tidak menyembah patung emas yang telah tuanku dirikan”.  Iman itu tidak goyah saat diperhadapkan kepada ancaman – Daniel 3:13-15.

2. Iman yang tetap bertahan untuk menyaksikan kuasa Allah dinyatakan.
Iman yang mempunyai pengharapan yang terpaut kepada Dia yang adalah perlindungan dan kekuatan seandainya Ia tidak menolong. Iman yang tetap bertahan sekalipun seandainya Allah tidak bereaksi apa-apa. “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kamu, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu” – Daniel 3:17-18.

Jadi iman yang mengarah kepada tujuan dan rencana Allah adalah iman yang mau melihat “apa saja” yang Tuhan akan perbuat dalam pergumulan yang ada: apakah Ia bersedia mengulurkan tangan-Nya, atau tidak. Apakah Ia tetap menjadi “Allah yang Besar” dalam kehidupan kita saat Ia tidak menjawab doa kita?


Ingatlah bahwa Allah tidak pernah salah dalam bertindak. Iman yang berkemenangan adalah iman yang terus melangkah memenuhi rencana Tuhan dalam kehidupannya apapun jawaban Allah atas pergumulan yang ada.